CAKRA PENA

Apapun yang kau lakukan....Apapun Itu.... Jangan pernah sia-siakan "Waktu"






Blog ini terhubung dengan facebook dan twitter,
Apabila anda telah "Log In" pada jejaring sosial tsb. Maka akan sangat memudahkan ^_^

Luka Di Hari Valenetine

Rabu, 17 Februari 2010





Sudah hampir 3 jam aku di depan komputer, telah banyak komentar yang aku kirim untuk meng-update statusku, sampai-sampai komentar dari teman-teman banyak menjamur mengapresiasi kiriman status ku pada facebook namun kau belum juga meresponnya, telah aku klik hampir ribuan kali dari beranda menuju profil lalu mencoba melihat teman-temen yang online sesekali melihat pemberitahuan yang mulai banyak terpampang disudut kanan atas layar facebookku tapi belum juga ada kamu disitu. Aku telah kesal menunggu sangat membosankan. Aku sudah berusaha menghubungi nomor ponselmu dari yang As, XL, hingga fleksimu tapi satu pun tidak ada hasil begitupun dengan sms yang telah aku kirim. Udin kemana sebenarnya dirimu, padahal kita sudah sepakat untuk bertemu meskipun hanya sebatas online dan melihatmu pada wabcam saja.
“Nis, kita pulang yuk…kita dah 3 jam ngenet nih” ajak Pipit temanku. “Sabar Pit, tanggung nih lagian masih jam setengah delapan” jawabku sambil melihat jam. “Tapi kan kalau kita gak pulang sekarang bisa kemalaman sampai rumah” kata Pipit lagi. “Lagian aku tadi pamitnya mau beli buku ntar kita kan masih mau ke gramed”. “Ya udah ayo”. Jawabku dengan angan menerawang dalam hati begitu berat meninggalkan tempat duduk warnet. “Udin…, mengapa kau mengingkari janjimu” desaku dalam hati.
Pipit telah berputar-putar gramed hampir setengah jam tapi buku yang dicari belum juga dapat, akhirnya aku putuskan untuk duduk di kursi yang disediakan. Setelah beberapa saat tiba-tiba jantung ini seolah berhenti berdetak. Begitu jelas dihadapanku Udin tengah asyik membaca-baca buku bersama seorang gadis yang tak asing lagi yaitu Nindi sahabat baikku. Aku mencoba mengusap-usap mataku seolah tak percaya pemandangan ini, tapi seperti halnya tadi Udin dan Nindi semakin mesra saja. Aku menghindar dari mereka aku berharap mereka tak melihat aku disini. “Ninis, kenapa kamu, kayak dikejar hantu aja” kata Pipit melihatku panik. “Kita pulang aja yuk aku pusing banget”. kataku. “Ye..aku lho belum dapat bukunya”. “Kamu sih lama banget ayolah, pleace…”. Rengekku kepada Pipit. “Nis, tumben sekali sih kamu kayak gini biasanya kamu paling betah dan sulit diajak pulang sekarang malah minta…”. Tiba-tiba Pipit terdiam tidak lagi melanjutkan perkataannya dengan melihat sesuatu di arah belakangku. “Nis, bukannya itu Nindi, kita samperin yuk kelihatanya dia sama cowoknya tuh”. Tanpa menungu persetujuanku Pipit langsung berlari menemui Nindi. Dan alangka terkejutnya Pipit ketika melihat cowok yang bersama Nindi adalah Udin yang seharian tadi kita tunggu. “Nin, ngapain kamu disini, sama Udin lagi, emang apa nih maksudnya”. Tanya Pipit dengan nada kesal ke arah Nindi. “Eh, Pipit,…Ninis, kalian kok tumben di gramed aku….” Nindi seolah kebingungan melihat kehadiran kami. Melihat kejadian ini Pipit menjadi sesal karena selama ini kita bertiga selalu kompak selaku sahabat, kemarahan Pipit lebih terlihat dibandikan aku karena memang selama ini dia mengetahui kalau aku telah lama melakukan PDKT pada Udin dan kita bertiga tahu kalau Udin juga selama ini mengimbangiku.
“Aku hanya jalan-jalan saja kok”. Kata Nindi dengan muka menunduk. “Nindi ada apa ini, apa yang kalian lakukan, kenapa kalian jalan bareng, dan Udin….jelaskan apa yang terjadi ini…”pintaku dengan suara yang hampir tak terdengar karena begitu sesaknya dadaku….
“Maafin aku Nis, selama ini sebenarnya aku mencintai Udin, namun aku tak mampu menyampaikan kepada mu karena aku tak tega” kata Nindi sambil memegang tanganku. “Tapi ini lebih menyakitkan dari apa yang kau pikirkan Nin, dan kau Udin kenapa kau melakukan ini padaku” kataku lagi. “Maafin aku Nis, selama ini aku melayanimu karena aku ingin sekali dekat dengan Nindi, dan aku mengaku salah langkah, tolong maafin aku”. Jawab Udin. “Tapi bukan begini kan caranya dasar kalian pengkhianat semua”. Kata Pipit membelaku sambil menarik tanganku keluar dari Gramed meninggalkan Udin dan juga Nindi yang terus menatap kepergian kami.
Sepanjang jalan aku menangis, tak kusangka cowok yang selama ini aku harapkan ternyata mencintai sahabatku sendiri. Dan Nindi sahabat karibku menyembunyikan ini dariku, dan yang mebuat aku malu terhadap diriku sendiri ternyata selama ini aku hanya sebagai perantara pertemuan mereka. Aku menangis sejadi-jadinya. Dan Pipit hanya terdiam sambil melajukan motor semakin kencang.
Pupus sudah rencanaku di hari valentine, coklat dan bunga yang telah aku siapkan untuk udin, kini harus aku buang bersama harapanku bersama kebahagian yang terpancar dari raut Nindi sahabat baikku dan Udin kekasih hatiku. Hari valentine ini harus aku lewati dengan sakit dan luka yang begitu dalam….”oh, Tuhan mengapa ini terjadi padaku…….”.
“Cerpen ini hanya fiksi belaka, nama yang ada di tokoh adalah nama murid2 kelas IXC yang memang dipesan oleh teman sekelasnya untuk Gojlokan. so buat NINIS, PIPIT, NINDI DAN ISLAKUDIN maafin pak nurul ya...karena setelah diterbitkan di bulltin keris sena kelas kalian menjadi heboh dan udin dan nindi sampai bersitegan....tenang ini hanya fiksi kok bukan nyata..hehhehe”

0 komentar

Posting Komentar

Terima Kasih telah membaca catatan saya
silahkan menyempatkan diri berkomentar disini
semoga bermanfat