Pagi sekali ku update status fesbukku, seperti bisa banyak komentar yang masuk menceramai bahkan memaki setiap kata yang ku tulis, namun selalu saja ada seorang yang dengan setianya membelaku, mensuport bahkan tidak bosan-bosannya ia memuji setiap statusku meskipun kata-katanya aku buat sesederhana mungkin. bukan hanya itu ucapan selamat pagi darinya selalu saja mengawali aktifitasku online yang di tutup dengan ucapan “Selamat Malam Semoga Mimpi Indah” sebagai penutup hari.
aku jadi penasaran sekali dengan pemilik akun FB ini, aku lihat foto-fotonya tapi terkuci oleh prifasi. bahkan didalam profilnya tidak mengarah seseorang yang aku kenal sama sekali. baik di sekolah maupun di tempat lain.
akhirnya aku putuskan untuk puasa fesbuk alias tidak online. selama seminggu aku tidak lagi mengupdate status, tidak lagi memberikan komentar bahkan aku tidak tahu lagi berapa banyak yang berkomentar dan mengirim pesan ke fesbukku. ini sengaja aku lakukan karena aku sangat gelisa dengan apa yang dilakukan oleh seseorang dengan akun FB yang seolah penggemar rahasia itu.
suatu pagi pada waktu itu selepas jam pelajan olahraga aku melihat ada bunga di dalam tasku, terlampir juga catatan yang berbunya “Untuk gadis yang selalu ada dihatiku...., selamat pagi..., hingga saat ini aku bisa rasakan betapa indahmu menyemangati hariku, membangkitkan asah yang indah, dan membuat hidupku bermakna...terima kasih...Ratmi”. aku terkesan, siapa kah pengirim bunga ini. aku tanya ke teman sekelas tapi tidak ada teman yang mengetahui. “Huh capek deh” keluhku. selama hampir seminggu aku menemukan hal yang sama, baik di laci atau pun di tasku. bahkan ada yang paling membuatku jengkel dipapan tulis pun sering aku lihat ada kata-kata yang khas menyapaku dengan tanda yang sama, siapakah gerangan sesorang yang melakukan ini, kalaupun dia suka kenapa tidak langsung aja menyampaikannya, ini membuatku kesal, sesuatu yang sepelah ini ternyata menyita waktuku, membuatku gelisa sepanjang hari, bahkan membuatku selalu terjaga di saat aku terlelap dalam mimpi.
“Sudahlah Ratimi, gak usah di pikirkan, paling-paling cowok itu pengemar beratmu, atau cowok penakut yang tidak berani secara jantan mengatakan cinta kepadamu”. teman-teman dikelas menyemangtiku. “Iya sih, mulanya aku juga berfikir begitu, tapi kalau setiap hari seperti ini dan pelakunya masih misterius tetep saja mengganggu” jawabku gelisah. “Atau bagaimana kalau kita jebak dia, aku juga penasarn dengan si misterius ini” usul salah satu temanku yang langsung di amini oleh teman-teman yang lain.
esoknya pada jam pelajaran olahraga aku dan teman-teman ijin ke pak Adi, aku beralasan sakit dan teman-taman mengantarku ke UKS. namun bukannya ke UKS kita naik ke tangga dan dari lantai dua kita meneropong ke arah bangku yang biasa aku tempati. setelah hampir 15 menit tidak juga ada tanda-tanda seorang masuk ke kelas, setelah hampir putus asah tiba-tiba segerombol siswa cowok berjalan didepan kelas tampaknya mereka hendak menuju ke Tolilet belakang, namun tiba-tiba ada sorang siswa yang kelaur dari gerombolan dan masuk kedalam kelas, dari sakunya dia mengeluarkan sesuatu lalu dia masukan ke dalam tas Ratmi. tampa menunggu dikomando semua teman-teman berlari menuju kelas, kita ingin menangkap basah cowok misterius ini. Sesamapinya begitu terkejutnya teman-teman dan juga aku ketika cowok misterius itu tidak lain adalah Renaldi. teman kami sendiri yang dikenal pendiam dan dingin terhadap teman-teman cewek.
“Rei, sedang apa kamu? apa yang kau taruh di tasku” tanyaku pada Renaldi yang juga shock karena aksinya kali ini ketahuan. “Ak...aku cuman masuk kelas ingin mengambil HPku yang ketinggalan kok, dan kebetulan tas milik Ratmi, jatuh jadi aku memungkutnya dan meletakannya kembali ke bangku.” jawab Renaldi gugup. “Benarkah itu Rei”. kataku sambil membuka tasku. “lalu milik siapa kah ini selebar kertas dengan kata-kata ini”. kataku lagi sambil menunjukan kertas dengan coretan “Hai...rembulan indah, ku ingin kau selau pancarkan sinarmu...karena aku ingin merentangkan tangganku menyambut hangatmu yang ku rangku untuk menemani malamku...dan biarkan bintang-bintang cemburu melihat aku yang begitu mengagumimu....setiap saat dalam waktuku....”.
Renaldi hanya terdiam, semua mata teman-tamanku seolah merajamnya. “Ratmi, jujur itu aku yang membuatnya untukmu”. jawab Renaldi sembari menunduk. “Lalu apakah kau juga yang tiap hari melakukan hal yang sama selama ini baik dikelas dan juga di fesbuk Ratmi” kata teman-teman ikut mengintrogasi. Renaldi hanya terdiam dia hanya menatap teduh kearahku. “Jawab Rei...apa betul seperti itu” tanyaku lirih. Setelah sekian lama terdiam Renaldi lalu mengangguk dan berucap “Rat, maafkan aku...yang tak mampu berterus tarang, yang tak mampu melawan egoku yang jelas-jelas mencintaimu....aku mengharapkanmu sejak lama namun aku tak kuasa menyampaikaanya, sekarang aku ingin kau tahu bahwa jauh sejak kelas tujuh aku telah memperhatikanmu, kau begitu istimewa dipenglihatanku...kau tampak sederhana dan polos, hal ini lah yang membuatku gelisa selama ini namun aku malu menyampaikannya. sekarang semua telah tahu, dan maukan kau memaafkan aku dan juga menerima aku...”
Aku terdiam, aku tak percaya semua ini terjadi, ingin aku berteriak dan memeluk Renaldi karena aku juga selama ini sangat menggaguminya dan lelau menjadikannya tokoh dalam dunia hayalku baik disiang dan malamku, namun karena aku wanita aku harus menahan perasaan itu. “Rei, apa tidak salah yang aku dengar ini, bukannya kau adalah cowok yang begitu banyak menarik perhatian para cewek di sekolah ini, kau begitu populer bagi mereka sedangankan aku ini apa” kataku mencoba merubah keyakiannya. “Itulah yang membuatku mengagumimu Rat, kau beda dibandingkan mereka. kau lugu dan polos, kau gadis yang jauh dari kepura-puraan, kau tulus dan kaulah pribadi yang tak lagi mudah aku temui dijaman sekarang, untuk itu terimalah kesungguhanku ini Rat” kata Renaldi sambil menggapai tangganku dan lalu meletakannya didadanya. Seumpama tersambar petir aku tak menyaka cowok yang selama ini aku idam-idamkan ternyata melakukan ini padaku dihadapan teman-temanku yang selama ini juga mengaguminya. aku hanya terdiam tak mampu berbuat apa-apa, semua tubuhku seolah mati rasa. lidahku keluh dan otakku telah mati. Aku hanya bisa membalas dengan mengagukan kepala yang mewaakili hatiku yang seolah berteriak “yaaa Rei....aku juga cinta kamu” dengan lembut Renaldi menggapai dan menyandarkan kepalaku didadanya. semua teman-teman solah tak pecaya dengan pemadangan waktu itu dikelas. dan sejak saat itu kita telah mengikat janji untuk saling mencintai dan mengerti satu sama lain. “Rei, terima kasih atas perhatianmu....I Love U”
0 komentar