Pada suatu hari di sekolahku
“Kemana saja kamu selama ini ven, sudah seminggu ini kamu tidak masuk, hp dimatikan, sms gak dibalas, emang kamu ini sakit apa?” kata Reny ketika melihat aku datang dan memasuki ruangan kelasku. “nggak apa-apa kok Ren, nyantai aja” jawabku pendek. “eh Venty, kamu ingat nggak kalau hari ini Ultahnya Sendy” sambung Reny. “ya tentu saja aku ingat Ven, cowokmu itu kan juga teman aku juga, lagian kalau kalian pacaran selalu ajak aku, jadi aku tahu banyak tentang kalian, masak sampai aku nggak tahu ultah Sendy” . “iya tapi maksudku enaknya kita beri kejutan apa buat dia, ayolah bantuin”. Aku terdiam menyaksikan rengekkan Reny sahabatku. Tiba-tiba rasa bersalah terasa ketika teringat kejadian seminggu yang lalu ketika Sendy cowok Reny sahabatku mencium keningku ketika aku menyatakan perasanku padanya. Aku tak kuasa menahan penyesalan dan aku bergegas meninggalkan Reny yang berdiri menunggu jawabanku. “eh Ven, kamu mau kemana?” teriak Reny ketika kutinggalkan dia untuk berlari menyembunyikan semua perasaanku.
“Reny, maafkan aku selama ini aku membohongi kamu, selama ini dalam kebersamaan kita, kita selalu berbagi, bercanda dan aku menikmatinya meskipun aku menjadi obat nyamuk ketika kalian berpacaran. Tetapi akhirnya aku tak bisa menutupi perasaanku bahwa aku juga mencintai Sendy kekasihmu yang selama ini sangat kau cintai karena Sendy begitu sempurna mengisi hari-hariku selama ini” tangisku dalam hati tak bisa aku sembunyikan. “Venty, ada apa…apa kamu ada masalah” begitu terkejutnya aku ketika tiba-tiba dibelakangku telah ada Sendy yang dengan pesonanya menatapku dengan dalam sembari memelukku. “Sendy…kenapa kau begitu jahat…karena hadir dalam hidupku, menyiksa batinku, kau begitu jahat karena kau telah membutakan hatiku dengan perhatianmu selama ini padaku, dan begitu bodohnya aku karena mencintai kamu pacar sahabatku” tangisku pecah dipelukan Sendy. “Venty, kau sabahat terbaik, sahabatku juga sahabat kekasihku Reny, aku bisa merasakan perasaan yang kamu alami sekarang, tapi percayalah sedikitpun kau tidak bersalah, itu manusiawi dan cinta itu adalah kekuatan yang terkadang tak mampu kita kendalikan dan kau telah dikuasainya, dan meski begitu kau tetaplah Venty sahabat kami, jadi jangan sedih” perkataan Sendy seumpama air yang meyejukkanku dari kemarau. “Sen, kenapa waktu itu kamu mencium keningku saat aku menyatakan perasaanku padamu?”. Kataku pada Sendy yang masih memelukku “karena aku sayang kamu dan aku tidak ingin ada yang terluka, aku juga tidak ingin menyakiti hati Reny dengan menerima cintamu”. “Berarti kau tidak menerima cintaku, lalu apa arti ciuman itu!” kataku dengan nada keras dan berusaha lepas dari pelukan Sendy . “Ven, cobalah mengerti aku, aku tak mungkin mamatahkan perasaanmu waktu itu dan juga aku tak ingin mengkhianati Reny, dan aku meciummu karena aku menyayangimu sebagai sahabatku”. Jawab Sendy meyakinkanku.
Aku tak kuasa menahan sedih dan malu mengdengar jawaban Sendy, tak tertahan lagi air mataku tumpah, Sendy mendekatiku dan memelukku. “Sendy, aku mencintaimu, jauh sebelum Reny mengenalmu, tapi aku tak mampu mengatakannya sampai akhirnya aku mengenalkanmu dengan Reny, tapi hari-hariku bersama kalian begitu menyiksa batinku, hingga akhirnya aku tak tahan lagi menyimpan perasaanku ini. Aku sungguh mencintai kamu”. Tangisku semakin pecah. Namun sebelum Sendy menjawabnya kami mendengar ada suara di sebelah kami “ehm…, Apa aku mengganggu kalian” tanya Reny yang tiba-tiba berdiri disebelah kami yang kontan membuat kami terhentak dan dengan segera Sendy melepaskan pelukannya. “Reny, ada yang perlu aku luruskan dari kejadian ini”. Kata Sendy seraya menggapai tangan Reny. “Sudahlah Sendy tak perlu kamu meluruskan apapun, aku kesini hanya ingin menyampaikan Selamat Ulang tahun buat kamu Sendy, dan selamat atas hubungan spesial kalian ini, semoga kalian berdua bahagia” kata Reny seraya melepaskan tangannya dari genggaman Sendy dan bergegas meninggalkan kami. Aku melihat Sendy mengejar Reny dan berusaha meluruskan masalah kami. Aku hanya terdiam terpaku. Tak ada yang bisa aku perbuat selain menumpahkan air mata yang begitu berat berkantung di mataku.
“Reny, maafkan aku….Aku adalah pengkhianat yang telah tega menyakiti hati sahabatnya sendiri dan aku orang yang begitu bodoh yang mencintai Sendy kekasihmu, aku tahu kau tak akan memaafkan aku, dan aku tahu Sendy begitu terpukul dengan kejadian yang aku buat ini, tapi aku tidak bisa berbuat apapun, aku tak kuasa menahan perasaanku, dan aku hanya bisa berharap suatu saat nanti kalian memaafkan aku meskipun sadar aku tak mungkin melalui hari-hariku bersama kalian seperti dulu lagi. Reny…, Sendy selamat berbahagia, kalian adalah orang–orang yang tidak akan hilang dalam kenanganku…,sahabat….maafkan aku yang telah mencintai kekasihmu, sampai kini… meskipun aku tahu cintaku tak terbalas”.
0 komentar